STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH SUKU DOBO MALUKU TENGGARA



PENELITIAN PROPOSAL
STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH SUKU DOBO MALUKU TENGGARA








KRISTON LAELAEM
14311076












SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PEMBANGUNAN INDONESIA (STKIP-PI) MAKASSAR
2018


Oval: i
 
PENELITIAN PROPOSAL

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH SUKU DOBO MALUKU TENGGARA






Diajukan Sebagai Syarat Penulisan Skripsi Pada Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pembangunan Indonesia Makassar





KRISTON LAELAEM
14311076





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PEMBANGUNAN INDONESIA (STKIP-PI) MAKASSAR
2018



 
HALAMAN PENGESAHAN
Judul                    : Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Yang Digunakan Oleh Suku Dobo Maluku Tenggara

Mahasiswa yang mengajukan

Nama               : Kriston Laelaem
Nim                  : 14311076
Jurusan            : MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Setelah dikonsultasikan dan diperbaiki, proposal ini telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

                                                                                               Makassar 12 Juli 2018

                                                                                                    Kriston Laelaem
Diketahui
Pembimbing I




Pembimbing II
Dr. Alina Liana, M.Se
Maisya Zahra Al-Banna, S.Si, M.Si
                                                     
Mengetahui
Wakil Ketua I





Ketua Prodi
Drs. H. Ahmad Hasyim, M.Si
Maisya Zahra Al-Banna, S.Si, M.Si


DAFTAR ISI




Halaman
SAMPUL DEPAN ..................................................................................................i

HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULAN........................................................................................ 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C.     Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
D.    Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PENELITIAN DAN KERANGKA PIKIR.................... 4
A.    Kajian Teori.................................................................................................. 4
B.     Kerangka Pikir............................................................................................. 8
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 10
A.    Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 10
B.     Desain Penelitian........................................................................................ 10
C.     Definisi Operasional Variabel ................................................................... 10
D.    Populasi dan Sampel.................................................................................. 11
E.     Jenis dan Teknik Pengumpulan Data......................................................... 11
F.      Teknik analisis Data................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19








BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Keanekaragaman hayati adalah suatu aset bangsa yang sangat penting dan dipandang perlu untuk dijaga kelestarian dan pemanfaatannya. Maluku Tenggara dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya juga didukung oleh potensi pengetahuan tradisional yang dimiliki berbagai etnis asli di Maluku Tenggara.
Kekayaan keanekaragaman hayati ini memiliki keterikatan dengan budaya masyarakat setempat. Salah satunya melalui pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional etnis lokal, terutama yang berada di sekitar kawasan hutan. Pengetahuan pengobatan tradisional ini telah teruji secara empiris dari generasi ke generasi. Salah satu etnis di Maluku Tenggara yang masih memanfaatkan pengetahuan lokal dalam pengobatan melalui berbagai jenis tumbuhan adalah etnis Suku Dobo di Desa Kalar - kalar, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku Tenggara (Meytia, 2013).
Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua. Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab. Kondisi seperti ini, menjadikan warisan tradisional lambat laun akan mengalami kepunahan di tempat aslinya (Noorcahyati, 2012).
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mendokumentasikan pengetahuan pengobatan tradisional yang seiring dengan upaya pelestarian tumbuhan berkhasiat obat untuk pengetahuan, konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pendokumentasian tersebut adalah melalui kajian etnobotani tumbuhan berkhasiat obat. Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnis (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi dan masyarakat umumnya. Studi etnobotani bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat bagi manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut, melalui perlindungan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan (Suryadarma, 2008).
Menurut Munawaroh dalam (Purwanto, 2000) Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya yang meliputi pengetahuan tentang sumberdaya alam tumbuhan. Karena itu, etnobotani berpotensi mengungkapkan sistem pengetahuan tradisional dari suatu kelompok masyarakat atau etnis mengenai keanekaragaman sumberdaya hayati, konservasi dan budaya.
Menurut Rifai (1998), kelompok etnis tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya nabati di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Oleh sebab itu, proposal penelitian ini membahas tentang pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan sebagai obat tradisional yang masih berkembang dalam suatu etnis di masyarakat yang nantinya dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan obat-obatan berbahan dasar herbal Indonesia yang pada zaman sekarang banyak diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan pengobatan modern yang memerlukan biaya yang besar dan resiko yang tinggi, terutama melalui proses operasi.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1.    Apa saja jenis tumbuhan yang digunakan suku dobo sebagai obat-obatan?
2.    Apakah manfaat dari tumbuhan obat yang digunakan suku dobo?
C.      Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian diatas adalah untuk mengamati:
1.    Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh Suku Dobo di kabupaten kepulauan Aru.
2.    Untuk mengetahui manfaat tumbuhan obat bagi masyarakat Suku Dobo kepulauan Aru.
D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait tentang tanaman obat-obatan yang digunakan sebagai obat tradisional.
2.    Sebagai bahan tambahan dalam mempelajari manfaat tumbuhan obat-obatan.
3.    Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di Suku Dobo, kabupaten kepulauan Aru tentang jenis-jenis tanaman obat, kegunaan dan cara penggunaannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A.       Kajian Teori
1.      Gambaran Umum Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang digunakan untuk diagnosa pengobatan, melunakkan, menyembuhkan, atau pencegahan penyakit pada manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan tetapi masih banyak kejadian bahwa sesorang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat obat dan juga racun (Arif, 2013).
Obat itu dapat bersifat sebagai obat apabila digunakan dengan tepat, jadi digunakan salah dalam mengobat atau dosisi yang tinggi akan menyebabkan keracunan dan bila dosisnya rendah kita tidak dapat kesembuhan. Pengobatan dan penyalagunaan obat-obat tradisional merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk di bidang kesehatan (Samsinar, 2006).
Para ahli dari beberapa negara seperti Jerman, India, Cina, Indonesia dan sebagianya senantiasa mengadakan penelitian dan pengujian secara ilmiah, ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan tumbuhan sebagai ramuan obat untuk penyakit tertentu dapat dipertanggungjawabkan, sebab dari penelitian dan pengujian para ahli, telah diketahui adanya komposisi kandungan kimia obat-obatan yang telah lama dipakai, ramuan tradisional yang terbesar di 5.000 desa. Yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan atau ramuan tradisional seperti yang telah dilakukan oleh dukun, sinshe, dan tabib. Bagian tumbuahan yang digunakan juga bervariasi seperti akar, batang, buah, biji, dan terutama daun, kadang-kadang tak jarang beberapa bagian yang digunakan bersama-sama (Siswoyo, 2006).
Pemakaian daun bisa direbus dan diminum airnya, dipakai begitu saja dengan cara dilumat lalu ditempelkan atau dicampur dengan bahan ramuan lainnya. Tumbuhan berkeping biji tunggal (monokotil) adalah sekelompok besar tumbuhan berbunga secara klasik diajarkan; Sekelompok yang lain adalah tumbuhan berkeping biji dua (dikotil). Ciri yang paling khas adalah bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson (sebagai kelas maupun sub kelas) dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat. Pada saat tumbuhan ada kalanya terdapat satu bunga saja, tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang dapat menghasikan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta mutiflora) (Tjitrosoepomo, 2005).
Daun sebagai bagian vegetatif tumbuhan, banyak sekali menyumbangkan bahan untuk obat. Aloevera (daun Lidah buaya)  yang berasal dari Afrika dan Amerika digunakan sebagai obat pencuci perut tetapi sudah dibudidayakan di daerah tropika, terutama digunakan sebagai obat bius lokal.
2.      Identifikasi Morfologi
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Identifikasi berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam suatu urutan kunci identifikasi (Mayr dan Ashlock, 1991).
Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan sebagai berikut, penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub kelas, ordo, dan familia, penggunaan kunci untuk mencari genus dan spesies, apabila dapat memperoleh monografi atau publikasi flora yang mutahir, mencocokan atau penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literature) lain yang diterbitkan paling mutakhir, pencocokan dengan deskripsi yang asli, dan pembandingan dengan tipe specimen yang ada (DKP, 2011)
Identifikasi suatu pohon atau tumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara paling populer adalah membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin diketahui identitasnya. Walaupun demikian kelengkapan akan keterampilan dalam cara identifikasi akan dapat dimiliki, apabila keterampilan juga dalam menggunakan kunci identifikasi yang menyajikan alat-alat untuk menetapkan kembali bentuk-bentuk yang telah  dilupakan atau menemukan identitas suatu yang baru. Sebelum memahami kunci-kunci tadi, seorang harus memahami sifat dan keragaman, bentuk serta ukuran yang diperlihatkan oleh daun-daun, bunga-bunga, ranting dan kulit batang (Tjitrosoepomo, 2009).
Proses identifikasi tumbuhan akan dilakukan secara langsung di lapangan dan apabila tidak diketahui secara lengkap maka akan dilakukan pengambilan sampel untuk diidentifikasi lebih lanjut di Laboratorium Biologi STKIP-PI Makassar. Proses identifikasi tumbuhan didasarkan pada karakteristik morfologi tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, biji, dan buah).
3.      Pemanfaatan dan Ciri-ciri Tumbuhan obat
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, beberapa jenis tumbuhan obat kini telah banyak yang diekstraksi dan dipatenkan menjadi fitofarmaka. Contohnya, ekstrak temu lawak yang teruji secara klinis mampu menurunkan kolesterol dan terbukti tidak menimbulkan efek samping yang berarti, baik gejala klinis, kimia darah, maupun urine (AgroMedia, 2008).
Penggunaan daun sebagai bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan didasari karena khasiat tumbuhan obat yang ditemukan umumnya untuk mengobati penyakit luar atau luka pada organ luar seperti luka, panu dan kaskado. Selain mengobati penyakit luar, daun dari tumbuhan obat juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit pada organ  dalam dengan cara direbus dan diminum airnya. Contoh tumbuhan yang dimanfaatkan daunnya sebagai obat adalah
a.    Memiliki warna daun hijau mudah sampai hijau tua.
b.    Memiliki daun yang berbentuk bulat telur sampai memanjang.
c.    Ujung daun berbentuk lancip, runcing dan tumpul.
d.   Memiliki tepi daun yang rata dan gerigi.
e.    Memiliki pangkal daun berbentuk jantung, meruncing dan daun berkelekuan.
f.     Memiliki tulang daun berbentuk lonjong, menjari, dan menyirip.
g.    Memiliki permukaan daun yang mengkilat dan berembus halus.
B.       Kerangka pikir
Penanggulangan berbagai penyakit dengan menggunakan obat tradisional dengan mudah dapat dilakukan dan biayanya lebih murah disamping itu bahan tumbuhan obat tersebut banyak tersedia di alam.
 Beberapa obat modern tertentu sering menimbulkan efek samping yang merugikan, sehingga banyak orang mencoba resep tradisional untuk mengatasi penyakit, khususnya masyarakat Suku Dobo di kabupaten kepulauan Aru. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan bahan-bahan obat yang berasal dari tumbuhan semakin meningkat. Di sekitar kita banyak tumbuh macam-macam tumbuhan, akan tetapi sedikit sekali orang mengetahui jenis tumbuhan apa yang mempunyai daya pengobatan dan terhadap penyakit jenis apa yang dapat digunakan.
Daun adalah organ tumbuhan yang paling dominan keberdaanya, bagian paling banyak yang digunakan sebagai bahan pengobatan terhadap penyakit, oleh karena itu, cara paling sederhana dan mudah untuk mengenal tumbuhan obat adalah mengenal morfologi daunnya karena mendengar atau membaca nama itu kita dapat menggambarkan apa dan bagaimana wujud atau bentuk tumbuhan (objek) yang beri nama tersebut.
Identifikasi adalah mengenal jenis morfologi daun yang sama menurut urutan dan tingkatan tertentu. Dalam hal ini identifikasi adalah mengenal tanaman obat berdasarkan fisik, bentuk daun dan warna.
Pengidentifikasian ini didasarkan manfaat tanaman obat-obatan yang tersusun dalam skema di bawah ini :
Suku dobo

Tumbuhan Obat
Identifikasi Tumbuhan Obat
Manfaat Tumbuhan Obat
 










Gambar 1. Skema Kerangka Pikir





BAB III
METODE PENELITIAN
A.   Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Suku Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru. Penelitian ini yang  direncanakan pada bulan September 2018 – Oktober 2018.
B.       Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasi yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan langsung kelapangan untuk mengidentifikasi morfologi daun tumbuhan obat di tempat penelitian. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Suku Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru.
C.      Definisi Operasional Variabel
Variabel yang akan diteliti adalah etnobotani, Tumbuhan Obat, Suku Dobo, di kabupaten kepulauan Aru. Akan terjadi persamaan persepsi terhadap variabel, maka berikut dirumuskan definisi operasional adalah sebagai berikut:
1.      Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara kehidupan masyarakat suku Dobo dengan tumbuhan yang digunakan sebagai obat.
2.      Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengobati suatu penyakit oleh Suku Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru.
3.      Suku Dobo merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah kepulauan Aru di Maluku Tenggara.


D.      Populasi dan sampel
1.         Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tumbuhan obat di Suku Dobo, Kabupaten kepulauan Aru. Populasi yang diambil adalah populasi tak terhingga karena tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif (Arikunto, 2006).
2.         Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah jenis tanaman obat yang terpilih di Suku Dobo, kabupaten kepulauan Aru. Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini adalah seluas 1 Ha dengan semua jenis tanaman obat yang ada di kepulauan Aru.
E.        Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Prosedur dalam penelitian ini mengikuti Tapundu et al. (2015), yang terdiri dari tahapan :
1.      Observasi
Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi ke lapangan/ lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan menentukan sampel berdasarkan jumlah Kepala Keluarga yang ada. Masyarakat Desa disini berperan sebagai sampel untuk menggali informasi yang dapat ditentukan jumlahnya dengan menggunakan rumus.
Penentuan jumlah dengan menggunakan rumus (Umar, 2000) di bawah ini :
n =
Keterangan:
n = Sampel yang ditentukan
N = Jumlah populasi di daerah penelitian (Jumlah Kepala Keluarga)
e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan.

Dengan demikian besarnya sampel adalah sebagai berikut :
n =
n =
n =
n = 39,64
n = 40
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang masyarakat Suku Dobo di desa Kalar-Kalar, Kabupaten Kepulauan Aru.
2.      Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Usman dan Akbar, 2008 dalam Yulianti, 2014). Wawancara dilakukan terhadap masyarakat yang mengetahui tentang penggunaan tumbuhan sebagai obat. Kemudian mencari informasi dari masyarakat tersebut tentang nama lokal dari tumbuhan tersebut, organ / bagian tumbuhan yang digunakan, manfaat dalam mengobati penyakit dan cara pengelolahan / pemakaiannya.
Pada observasi awal, dilakukan penelitian kualitatif yaitu pengumpulan data tentang tumbuhan obat kepada penduduk dengan cara wawancara semi terstruktur melalui pembagian kuisioner (Martin, 1995). Dalam hal ini dilakukannya pembagian kuisioner tentang pemanfaatan tumbuhan obat kepada masyarakat sebanyak 40 sampel kepala keluarga yang seluruhnya terdiri dari suku Dobo asli yang terdapat di desa Kalar-Kalar.
Teknik pemilihan informasi yang digunakan dalam observasi awal ini adalah metode purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu, dalam hal ini orang yang dianggap paling tahu tentang tumbuhan obat. Tokoh yang dipilih melalui metode ini untuk diwawancarai adalah Kepala Adat, Dukun dan ahli pengobatan desa (Sugiyono, 2007).
Dari observasi awal ini diketahui data-data calon informan untuk tahap selanjutnya yang layak diwawancarai berdasarkan rekomendasi dari Kepala Adat, Dukun dan ahli pengobatan desa (Santhyami dkk, 2015). Dalam hal ini Kepala Adat, Dukun dan ahli pengobatan di Desa Kalar-Kalar bertindak sebagai verifikator yang akan memverifkasi kebenaran dari pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Dobo tersebut.
Pemilihan informan pada tahap wawancara ini dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu teknik pemilihan informan berdasarkan rekomendasi informan kunci dalam hal ini Kepala Adat, Dukun dan ahli pengobatan desa. Informasi tentang calon informan berikutnya didapat dari informan sebelumnya (Sugiyono, 2007).
3.      Pengambilan sampel
Sesudah pengumpulan data, dilakukan pengumpulan spesimen tumbuhan yang diambil langsung di lokasi tumbuhnya dengan dibantu oleh seorang informan kunci. Spesimen dikoleksi, difoto dan diidentifikasi (Santhyami dkk, 2015).
Sampel dari jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat diambil secara individu sesuai dengan bagian organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat, kemudian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tersebut didokumentasikan secara utuh seluruh bagian tubuh tumbuhan tersebut untuk mempermudah dalam teknik identifikasi.
4.      Pembuatan herbarium
Untuk keperluan inventarisasi tumbuhan di suatu kawasan pelestarian atau lainnya diperlukan contoh herbarium untuk bahan identifikasi atau determinasi dan juga merupakan barang bukti bahwa tumbuhan tersebut terdapat di daerah tersebut (Heddy, 2003 dalam Yulianti, 2014). Untuk Cara pembuatan, menurut Steenis (1992) dalam Yulianti (2014) langkah-langkah dalam pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:
a.       Pengumpulan, yaitu mengumpulkan tanaman dari lapangan yang akan di herbarium dan mencatat ciri khusus dari tanaman tersebut.
b.      Mengeringkan dan Mengawetkan, yaitu meletakkan sampel dalam lipatan kertas misalnya kertas koran dan disusun secara teratur. Sebelumnya sampel dibersihkan dan dibasahi dengan Spritus, hal ini bertujuan untuk mematikan sel agar spesimen bebas dari serangan jamur dan serangga. Setelah semua sampel diletakkan pada lipatan kertas koran lalu diantara lipatan-lipatan itu diberi sasak dan diikat dengan tali rafia. Sampel dapat dikatakan kering apabila sampel dirasakan tidak dingin lagi dan juga menjadi kaku.
c.       Pembuatan herbarium, yaitu menempelkan sampel yang telah kering pada kertas herbarium yang sudah diberi label yang berisi data (nama kolektor, nomor kolektor, tanggal koleksi, tempat ditemukan, habitatnya, nama famili, nama spasies, nama Indonesia dan nama lokal, serta kegunaannya).
5.      Determinasi
Mencocokkan sampel tumbuhan yang didapat dengan buku-buku acuan yang ada dan ahli tumbuhan di Jurusan Biologi STKIP-PI Makassar.
F.       Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1.      Analisis Persentase Pengetahuan atau Penggunaan Tumbuhan
Persentase pengetahuan atau penggunaan setiap tumbuhan yang digunakan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
X =  x 100 %
Keterangan :
X = Angka rata-rata
A = Jumlah jawaban mengenai tumbuhan yang diketahui dan digunakan.
n = Jumlah responden

Penulisan data persentase pengetahuan atau penggunaan dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dalam tabel (Pieroni dkk, 2002).
2.       Persentase bagian tumbuhan yang digunakan :
a.       Akar
 x 100 %

b.      Rimpang
 x 100 %

c.       Batang
 x 100 %
d.      Daun
 x 100 %
e.       Bunga
 x 100 %
f.       Buah
 x 100 %
g.      Biji
 x 100 %
3.      Persentase Penyakit
a.       Penyakit Kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang berlangsung lama dan sering menyebabkan kematian. Meliputi maag, kencing manis, hipertensi, diare, jantung, kanker, diabetes, keracunan, kolesterol, penyakit kuning, dan lain-lain. Dapat dihitung dengan rumus:
 x 100 %
b.      Penyakit Menular
Penyakit menular meliputi batuk, cacar air, panu, flu dan lain-lain. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
 x 100 %

c.       Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular meliputi luka bakar, sakit gigi dan lain-lain. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
 x 100 %
d.      Perawatan Kesehatan
Misalnya mengurangi bau badan, pendarahan pasca melahirkan, pelancar ASI, penambah darah, menyuburkan rambut dan lain-lain. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
 x 100 %
4.      Persentase penggunaan tumbuhan obat :
 x 100 %
Keterangan : jumlah responden dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga yang ada.









DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, R. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Arif. 2013. Apa yng diketahui tentang obat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2011. Teknik Identifikasi Spesies Ikan. Jakarta.
Herbic, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Octopus Publishing House.
Hermania. 2005. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Hidayat. 2006. Morfologi Tumbuhan. Web.id/tanggal10/7/2015
Johko, 2009. pemakaian tumbuhan sebagai obat tradisional
Khielsing, W. 1973. Kebudayaan Adat Istiadat Kepulauan Maluku. Jakarta: Bharata Karya.
Koentjaraningrat, 2015. Atlas Tumbuhan Obat.Trbus Agriwida. Yogyakarta. Mada University press. Yogyakarta.
Martin, GJ. 1995. Ethnobotany A ‘People and Plant’ Conservation manual.
Mayr & Ashlock. 1991. Freshweter Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Terjemahan oleh S. N. Kartika Sari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Jakarta. Periplus Edition Limited xiii, 271
Meliki, dkk. 2013. Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Suku Dayak Iban Desa Tanjung Sari Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang dalam Prodi Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjung Pura. Jurnal 2(3), 130
Meytia. 2013. Potensi Ekstak Kulit Buah dan Biji Rambutan (Nephelium lappaceum) Sebagai Senyawa Anti Bakteri Pathogen Pada Ikan dalam e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan I(2), 127-134.
Noorcahyati. 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balikpapan: Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
Pieroni, dkk. 2002. Ethanopharmacy of the Ethnic Albanians of Northern Basilicata. Italy: In Press.
Purwanto, Y. 2000. Etnobotani dan Konservasi Plasma Nutfah Hortikultura : Peran Sistem Pengetahuan Lokal Pada Pengembangan dan Pengelolaannya. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.
Rukmana. 2009. Kumis Kucing, Kunisius. Yogyakarta.
Santhyami. 2015. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat dalam School of Life Science & Technology, Bandung.
Samsinar. 2006. Aneka Resep Budaya Pengobatan Tradisional. CV.Putri Lolo.
Siswoyo. 2006. Tumbuhan Brekhasiat Obat. Yogyakarta: Absolut.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryadarma. 2008. Etnobotani. Diktat Kuliah Jurusan Pendidikan Biologi MIPA: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tapundu AS, Anan S, Pitopang R. 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Suku Seko Di Desa Tanah Harapan Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah dalam Fakultas MIPA Universitas Tadulako Tondo Palu. Biocelebes 9(2), 66-86.
Thomas. 2009. Tanaman Obat Tradisional. Kanisius. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadja Mada University Press. Press Yogyakarta
Umar, H. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yulianti, D. 2014. Etnobotani Tumbuhan Pekarangan Sebagai Obat Tradisional Masyarakat Suku Serawai Kelurahan Dusun Baru Kabupaten Seluma Bengkulu Dalam Pengembangan Sumber Belajar Biologi SMA dalam Prodi Biologi Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

 








Komentar

ARNOL KOMAL

MAKALAH PENGETAHUAN CORONA VIRUS MISTERIUS BAGI MASYARAKAT AWAM

Jelang Pilkada, Warga Minta Ketum GMKI Korneles Galanjinjinay Maju Calon Bupati Kepulauan Aru

SAMPUL SKRIPSI IDENTIIKASI SENYAWA ALKALOID EKSTRAK DAUN SENTE